Wednesday, October 31, 2007

it is about yourself


wise words of the day

'nothing right when everyone is wrong, but nothing wrong when you feel alright'

muncul begitu saja di otak
kayaknya bagus aja....

Monday, October 22, 2007

my niece, nadia


meet my niece, nadia
3 bulan 20 hari, 64 cm, 6,2 kg
kata orang, 1 foto lebih dari 1000 kata (karena ada 40 foto, brati lebih dari 40.000 kata hehe), tapi ada yg harus dijelaskan: keponakanku ini cewek. Lha iya lah... namanya juga nadia! Tapi, kalo liat foto2nya, maklum kan kalo orang ngira dia cowok. Kalau aja gak make rok ama topi berenda, pasti gak ngira kalo cewek.
Kayaknya bakalan bandel ni anak.. hehe...
Berjuanglah nadia! terus semangat belajar tengkurap sendiri! :D

roadtrippin'


Road trippin' with my two favorite allies
Fully loaded we got snacks and supplies
It's time to leave this town
It's time to steal away
Let's go get lost
Anywhere in the USA
Let's go get lost
Let's go get lost
Blue you sit so pretty
West of the one
Sparkles light with yellow icing
Just a mirror for the sun
Just a mirror for the sun
Just a mirror for the sun
These smiling eyes are just a mirror for the sun
(road trippin' by RHCP)

Kayaknya lagu ini paling cocok buat soundtrack mudik kemaren. Berlima dengan mobil civiv nova warna gold punya bayu, dengan anggota: eka, loni, aku dan temen cewek si bayu.
Karena padatnya kegiatan dan tingginya disiplin kami (cuih... hihi), kami baru mudik tanggal 11 oktober 2007, hari kamis, sehari sebelum lebaran (kalau lebarannya tgl 12). Karena kemungkinan tidak bisa ikut sholat id jika berlebaran hari jumat (kayaknya masih ada di perjalanan), kami pub bersepakat untuk berlebaran hari sabtu saja. hehehe... penentuan hari lebaran yg jauh dari ideologis dan bener2 pragmatis. yang terpenting... praktis!
suasana mobil, depan nyetir belakang tidur

Menurut rencana, kita berangkat hari kamis sore. Tapi, rencana tinggal rencana. Akhirnya berangkat jam 21.00. Apalagi ditambah nyasar di tol, sehingga nggak jadi lewat jonggol, tp lewat cikarang, trus subang, majalengka dan seterusnya.
akhirnya baru meninggalkan jakarta jam 10 malam.
Rencananya kita lewat jalur alternatif untuk menghindari kemacetan di losari, cirebon. tetapi karena ada informasi dari temen kalo di cirebon macet total, kami pun meneruskan lewat jalur alternatif sampai kuningan.
anggota roadtrippin berpose di depan mobil buat mudik

Baru di brebes, membelok ke kiri ke jalur pantura. Setelah 12 jam berjalan, ditambah 2 kali mengisi bensin, makan sahur, berfoto2 di tepi danau, dan beberapa kali nyasar, jam 10 siang tepat nyampe di pemalang.
menurunkan 1 penumpang (aku).
Beristirahat sebentar, eh lama ding... jam 12.30 perjalalanan dilanjutkan ke semarang. entah jam berapa mereka sampai di semarang. kalau lancar, mungkin jam 15.30.
berfoto2 di tepi danau
Akhirnya berlebaran hari sabtu. walaupun tidak puasa hari jumat (hmm... ikan bakar di tepi pantai widuri masih enak juga.. apalagi blom makan dari pagi.. :D)

Wednesday, October 10, 2007

Terjebak!!!

PERINGATAN: JIKA MENONTON DI BLOK M PLAZA JADWAL PALING MALAM, JANGAN SEKALI-KALI KELUAR LEWAT PINTU BERTULISKAN "EXIT"

Semalem, sebagian besar anak kos sudah mudik. Tinggal 4 orang di kos, dan itu pun bakalan menjadi malam terakhir kami ngumpul sebelum pada mudik semua. Entah dari mana, tiba2 ada ide untuk nonton film, sebagai acara perpisahan.

Kami pun sepakat untuk menonton film apa saja yang sedang diputar malam itu, asalkan bukan fil horor (karena ada satu orang yang alergi nonton film horor). Sialnya, layar bioskop blok m plaza dipenuhi segala macam hantu malam itu. Ada jaelangkung, pocongan, hantu lawang sewu, hantu yg suka bolak balik (the return), sampe setan mbahurekso (terjemahannya residence evil gtu kali ya?). Cuma satu film, ROGUE nya jet lee yg bukan horor. Nggak gtu minat si, tapi apa daya. Untungnya, kita blom telat buat nonton film itu. Masih ada jadwal pemutaran terakhir malam itu jam 21.40.

Film yg yaa.. lumayanlah.. ada kejutan tak terduga di bagian akhir film. kalau saja cerita film ini dipoles dikit, dan penceritaan dibagusin, film ini bisa jadi film bagus. Jam 23.15 film selese. Bersama 10 orang penonton lainnya, kita keluar melalui pintu bertuliskan "exit" di bagian depan teater, deket layar sebelah kanan. Dari pintu ini menyambung ke dalam mall. Tapi karena sudah jam 11 lewat, pintu menuju mall pun udah terkunci. Akhirnya, turunlah kita ber 14 lewat tangga darurat 5 lantai ke bawah.

Begitu nyampe lantai paling bawah, ada pintu menuju parkir luar blok m plasa, dan... pintu itu terkunci!!!! pintu darurat kok terkunci!! dasar manajemen goblok! gak tahu peraturan bangunan. Emergency exit harusnya pintu satu arah (hanya bisa keluar, tidak bisa masuk) yang tidak pernah terkunci. Gimana kalo ada kebakaran? orang2 akan terjebak di ruang tangga darurat kalau begitu.

Dengan lemas, kami beramai-ramai (kali ini ramai umpatan dan keluhan) naik ke lantai 5, untuk kembali ke bioskop, mau turun lewat lift di lobi bioskop. Sampai ke lantai 5 lagi, dan sekali lagi... pintu dari ruang teater ke tangga darurat juga pintu satu arah!!!! Aaarrggghh...!!!! Pintu itu hanya bisa dilewati dari ruang teater, tetapi tidak bisa sebaliknya. Kita terjebak di ruang tangga darurat!! hoaaaa..... Tooollloooongggg.......................

Setelah puas menggedor-gedor semua pintu di ruang tangga darurat lantai 5, untung ada yg punya nomer telepon blok m plasa. Akhirnya, setelah 15 menit terjebak di situ, kita bisa keluar...

Ternyata, ada kesalahpahaman antara security dan bioskop. Ketika orang bioskop bilang jadwal pemutaran udah habis, bagian security segera mengunci semua akses masuk mall.

Fiuh.... Akhirnya, malam terakhir di jakarta yang aneh.. hehehe.... Jadi, hati2 kalau nonton di blok m plasa!!! Waspadalah! Waspadalah!! Sudahlah. Yang penting besok sore mudik!!!

Next edition: roadtrippin! mudik by car

Tuesday, October 9, 2007

TENTANG CUTI BERSAMA LEBARAN

Keputusan bersama Menteri Pendayagunaan dan Aparatur Negara, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Menteri Agama mengenai cuti bersama lebaran tahun 2007 sungguh tidak masuk akal. Menurut keputusan tersebut, cuti bersama lebaran adalah pada tanggal 12 Oktober 2007 dan 15-19 Oktober 2007, menganulir Surat Edaran MenPAN mengenai libur cuti bersama tahun 2007 yang menyebutkan cuti bersama lebaran tahun 2007 pada tanggal 12 Oktober 2007 dan 15-15-16 Oktober 2007. Ada tambahan liburan tiga hari dari tanggal 17-19 Oktober 2007.

Paling tidak ada lima hal yang membuat keputusan tersebut bermasalah. Pertama, latar belakang pengambilan keputusan tersebut. Kemungkinan besar, keputusan tersebut diambil karena para pejabat khawatir pada akan banyak karyawan yang tidak masuk pada tanggal 17 sampai 19 Oktober 2007, baik yang mengajukan cuti, ijin atau bahkan membolos. Para pejabat tidak ingin dipersalahkan jika kantor-kantor pemerintah pada tanggal tersebut kosong karena banyak pegawai yang membolos. Ketidakmampuan para pejabat pemerintah dalam mendisiplinkan anak buahnya ditutupi dengan cara mengakomodasi keinginan para pegawai yang “malas”. Sementara para pegawai yang berusaha untuk disiplin, sehingga membeli tiket kembali ke Jakarta pada tanggal 16 Oktober, sesuai Surat Edaran MenPAN yang lama, justru mengalami kerugian karena harus mengorbankan tiket yang sudah mereka beli. Hal ini merupakan preseden buruk yang menggambarkan ketidakmampuan para pejabat dalam memecahkan masalah dan menghancurkan moral para pegawai yang memiliki itikad baik.

Kedua, waktu pengambilan keputusan. Tidak tahukah para menteri tersebut bahwa tiket kereta api dapat dipesan di PT KAI 30 hari sebelum waktu pemberangkatan? Dengan waktu pemberitahuan yang mepet, para pemudik sebagian pasti sudah memesan tiket ke Jakarta pada tanggal 16 Oktober 2007. Ini berarti mereka harus mengganti tanggal keberangkatan. Sebagai contoh pada PT KAI, penggantian waktu pemberangkatan dikenai biaya 25% dari harga tiket. Dengan harga tiket minimal Rp 250.000,- untuk kereta eksekutif, bisa dibayangkan berapa ratus juta rupiah yang dibuang percuma hanya untuk penggantian tanggal keberangkatan saja. Belum lagi pada beberapa penerbangan yang tidak memperbolehkan untuk mengganti tanggal keberangkatan, sehingga harus membeli tiket baru. Sekali lagi, pemborosan ini harus ditanggung oleh para pegawai yang beniat untuk disiplin, sementara para pegawai yang sudah mengajukan cuti, ijin atau berniat membolos pada tanggal 17-19 Oktober justru mendapat dukungan.

Ketiga, kemungkinan jatuhnya lebaran pada tanggal 12 Oktober. Hal ini justru tidak diantisipasi oleh pemerintah. Padahal sudah hampir dipastikan akan ada dua lebaran, yaitu pada tanggal 12 dan 13 Oktober 2007. Bagi para pegawai sekaligus pemudik yang merayakan lebaran pada tanggal 12 Oktober, kemungkinan besar akan mudik sebelum tanggal 11 Oktober, yang berarti akan banyak pegawai tidak masuk kerja pada tanggal 10 dan 11 Oktober 2007. Pemerintah justru lebih memilih untuk mengantisipasi “hari kejepit” yang tiga hari panjangnya, dibanding adanya kemungkinan lebaran pada 12 Oktober yang sudah hampir pasti.

Keempat, kesulitan dalam mencari tiket keberangkatan tanggal 20 dan 21 Oktober 2007. Dengan perubahan waktu masuk kerja setelah libur lebaran menjadi tanggal 22 Oktober, akan banyak orang yang berusaha mencari tiket menuju Jakarta pada tanggal 20 atau 21 Oktober. Padahal tiket kereta api eksekutif untuk tanggal 21 Oktober 2007 sudah habis terpesan. Jadi dapat dibayangkan bahwa akan banyak orang yang hanya bisa memperoleh tiket menuju Jakarta setelah tanggal 22 Oktober 2007. Lagi-lagi banyak pegawai yang tidak akan masuk kerja pada tanggal tersebut.

Kelima, tidak adanya penghormatan terhadap peraturan yang sudah ada. Keputusan tiga menteri tersebut menganulir Surat Edaran MenPAN mengenai cuti bersama tahun 2007 tanpa dengan didasari alasan yang kuat dan rasional. Ketika para pejabat pemerintah tidak menghormati keputusan yang mereka buat sendiri, bagaimana bisa berharap rakyat menaruh hormat terhadap keputusan-keputusan dari para pejabat tersebut? Yang timbul adalah kesan mencla-mencle dari para pembuat keputusan.

Keluhan-keluhan ini mungkin akan teredam oleh adanya bonus tambahan liburan tiga hari. Tetapi hal ini sepenuhnya mencerminkan karakter pemerintah yang cenderung reaktif, berwawasan sempit, dan berorientasi jangka pendek.