Monday, June 2, 2008

sebar uang dan blt

membaca dan nonton berita sebar duit oleh tung desem waringin, seorang motivator - entah apa artinya kata ini- dalam acara promosi buku barunya (TDW menyebarkan uang-konon- rp 100jt dalam bentuk ribuan dan 5ribuan di sebuah lapangan di serang banten dengan sebuah pesawat milik TNI), membuat mikir...
emang apa hubungannya acara sebar duit dengan memotivasi? memotivasi dengan cara bagaimana?
apa enggak malah merendahkan? memaksa orang untuk berjibaku saling sikut, untuk berebut uang ribuan (dan 5ribuan)? bukannya mengajarkan hukum rimba? yang kuat yang dapat banyak?
Bagaimana para korban yang luka2 dan pingsan?
kalu mau amal, kenapa caranya seperti itu? kenapa nggak lewat badan amal, atau plg gak, dibagi langsung dengan rata?

Bagaimanapun, membagi uang kayaknya tidak ada unsur mendidiknya sama sekali. jadi teringat BLT.... Program BLT ini menghasilkan orang2 yg mengaku2 miskin (diluar org2 yg memang miskin dan kisah2 mengharukan tentang org miskin yg mau berbagi).
Lalu, bagaimana cara menjaga masyarakat miskin ini dari efek kenaikan BBM (yang secara teoritis memang harus naik, mengingat subsidi yg harus dikurangi)?

Mencoba2 berpikir, mungkin caranya adalah dengan memberikan jaminan sosial tidak dalam benttuk cash, tapi pendidikan dan kesehatan gratis.
Semua penduduk berhak memperoleh sekolah dasar sampai menengah gratis (termasuk buku) dan pelayanan kesehatan kelas III gratis (termasuk obat2 tertentu)
Berapa biayanya?
Misal, 1 orang memperoleh jatah kesehatan (periksa dan obat) sebesar rp 50rb/bulan, maka dibutuhkan Rp 150T per tahun untuk jaminan kesehatan ini. Dengan asumsi 50% penduduk indonesia tidak memanfaatkan jaminan kesehatan ini (karena tidak miskin dan memilih pelayanan kesehatan di atas kelas III, sehingga membayar penuh), maka cuma dibutuhkan Rp 75T.
Untuk pendidikan, jika per orang murid sekolah (SD-SMA) memperoleh dana rata2 1jt per tahun dan dg asumsi jumlah penduduk usia sekolah adalah 100jt, maka diperlukan Rp100T.
Jadi, dengan biaya lainnya, kira2 diperlukan Rp 200T untuk membiayai jaminan pendidikan dan kesehatan ini.
Dari mana uangnya?
APBN 2008 sebesar Rp 900T dan subsisi minyak sebesar Rp100T dan pembayaran hutang LN sebesar Rp 100T. Pembayaran hutang LN ditunda untuk 5 tahun ke depan, sehingga bisa dihemat dana rp 100T. Dari kedua dana tersebut bisa diperoleh dana untuk membiayai jaminan pendidikan dan kesehatan.
Selain itu, tentu diperlukan program2 lain yg mendukungnya, seperti pemberantasan KKN, perbaikan iklim usaha untuk mengundang investor, perbaikan infrastruktur, proteksi terhadap sektor pertanian dll.
Belum lagi jika diadakan program2 yg lebih radikal, seperti renegosiasi konsesi tambang, penghapusan utang LN, dll. yang pastinya akan menghasilkan anggaran yg lebih longgar, sehingga jaminan sosial td bisa diperluas atau ditingkatkan.

*itung2an ngawur sok ekonom tentang anggaran negara

No comments: